Kosakata Surabaya

  • “Pongor, Gibeng, Santap, Waso (istilah untuk Pukul atau Hantam);
  • “kathuken” berarti “kedinginan” (bahasa Jawa standar: kademen);
  • “gurung” berarti “belum” (bahasa Jawa standar: durung);
  • “gudhuk” berarti “bukan” (bahasa Jawa standar: dudu);
  • “deleh” berarti “taruh/letak” (delehen=letakkan) (bahasa Jawa standar: dekek);
  • “kek” berarti “beri” (kek’ono=berilah) (bahasa Jawa standar: wenehi);
  • “ae” berarti “saja” (bahasa Jawa standar: wae);
  • “gak” berarti “tidak” (bahasa Jawa standar: ora);
  • “arek” berarti “anak” (bahasa Jawa standar: bocah);
  • “kate/kape” berarti “akan” (bahasa Jawa standar: arep);
  • “lapo” berarti “sedang apa” atau “ngapain” (bahasa Jawa standar: ngopo);
  • “opo’o” berarti “mengapa” (bahasa Jawa standar: kenopo);
  • “soale” berarti “karena” (bahasa Jawa standar: kerono);
  • “atik” (diucapkan “atek”) berarti “pakai” atau “boleh” (khusus dalam kalimat”gak atik!” yang artinya “tidak boleh”);
  • “longor/peleh” berarti “tolol” (bahasa Jawa standar: goblok/ndhableg);
  • “cek” (“e” diucapkan seperti kata “sore”) berarti “agar/supaya” (bahasa Jawa standar: ben/supados);
  • “gocik” berarti “takut/pengecut” (bahasa Jawa standar: jireh);
  • “mbadok” berarti “makan” (sangat kasar) (bahasa Jawa standar: mangan);
  • “ciamik soro/mantab jaya” berarti “enak luar biasa” (bahasa Jawa standar: enak pol/enak banget);
  • “rusuh” berarti “kotor” (bahasa Jawa standar: reged);
  • “gae” berarti “pakai/untuk/buat” (bahasa Jawa standar: pakai/untuk=kanggo, buat=gawe);
  • “andhok” berarti “makan di tempat selain rumah” (misal warung);
  • “cangkruk” berarti “nongkrong”;
  • “babah” berarti “biar/masa bodoh”;
  • “matek” berarti “mati” (bahasa Jawa standar: mati);
  • “sampek/sampik” berarti “sampai” (bahasa Jawa standar: nganti);
  • “barekan” berarti “lagipula”;
  • “masiyo” berarti “walaupun”;
  • “nang/nak” berarti “ke” atau terkadang juga “di” (bahasa Jawa standar: menyang);
  • “mari” berarti “selesai”;(bahasa Jawa standar: rampung); acapkali dituturkan sebagai kesatuan dalam pertanyaan “wis mari tah?” yang berarti “sudah selesai kah?” Pengertian ini sangat berbeda dengan “mari” dalam Bahasa Jawa Standar. Selain petutur Dialek Suroboyoan, “mari” berarti “sembuh”
  • “mene” berarti “besok” (bahasa Jawa standar: sesuk);
  • “maeng” berarti tadi.
  • “koen” (diucapkan “kon”) berarti “kamu” (bahasa Jawa standar: kowe). Kadangkala sebagai pengganti “koen”, kata “awakmu” juga digunakan. Misalnya “awakmu wis mangan ta?” (Kamu sudah makan kah?”) Dalam bahasa Jawa standar, awakmu berarti “badanmu” (awak = badan)
  • “lading” berarti “pisau” (bahasa Jawa standar: peso);
  • “lugur” berarti “jatuh” (bahasa Jawa standar: tiba);
  • “dhukur” berarti “tinggi” (bahasa Jawa standar: dhuwur);
  • “thithik” berarti “sedikit” (bahasa Jawa standar: sithik);
  • “temen” berarti “sangat” (bahasa Jawa standar: banget);
  • “pancet” berarti “tetap sama” ((bahasa Jawa standar: tetep);
  • “iwak” berarti “lauk” (bahasa Jawa standar: lawuh, “iwak” yang dimaksud disini adalah lauk-pauk pendamping nasi ketika makan, “mangan karo iwak tempe”, artinya Makan dengan lauk tempe, dan bukanlah ikan (iwak) yang berbentuk seperti tempe);
  • “engkuk” (u diucapkan o) berarti “nanti” (bahasa Jawa standar: mengko);
  • “ndhek” berarti “di” (bahasa Jawa standar: “ing” atau “ning”; dalam bahasa Jawa standar, kata “ndhek” digunakan untuk makna “pada waktu tadi”, seperti dalam kata “ndhek esuk” (=tadi pagi),”ndhek wingi” (=kemarin));
  • “nontok” lebih banyak dipakai daripada “nonton”;
  • “yok opo” (diucapkan /y@?@p@/) berarti “bagaimana” (bahasa Jawa standar: “piye” atau *”kepiye”; sebenarnya kata “yok opo” berasal dari kata “kaya apa” yang dalam bahasa Jawa standar berarti “seperti apa”)
  • “peno”/sampeyan (diucapkan pe n@; samp[e]yan dengan huruf e seperti pengucapan kata meja) artinya kamu
  • “jancuk” ialah kata kurang ajar yang sering dipakai seperti “fuck” dalam bahasa Inggris; merupakan singkatan dari bentuk pasif “diancuk”; variasi yang lebih kasar ialah “mbokmu goblok”; oleh anak muda sering dipakai sebagai bumbu percakapan marah
  • “waras” ialah sembuh dari sakit (dlm bahasa jawa tengah sembuh dari penyakit jiwa)
  • “embong” ialah jalan besar / jalan raya
  • “nyelang” arinya pinjam sesuatu
  • “parek/carek” artinya dekat
  • “ndingkik” artinya mengintip
  • “semlohe” artinya sexy (khusus untuk perempuan)

Post a Comment

 
Support : Web Design | Dealer Mitsubishi | Dealer Isuzu
Copyright © 2011. Berita Surabaya - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Google